Saat ini ada 15 pangkalan militer asing yang mengelilingi Indonesia, kondisi itu membuat posisi Indonesia berada dalam bahaya. Kalau dulunya Iran dikelilingi 11 pangkalan militer asing, kini Indonesia dikelilingi 15 pangkalan militer asing yang moncong pelurunya mengarah ke Indonesia.
Sebanyak 200 pasukan Militer AS telah tiba di Australia sejak April 2012 lalu sebagai gelombang pertama dari 2500 pasukan yang direncanakan sampai Tahun 2017 mendatang.
Kedatangan pasukan Militer AS disambut hangat oleh menteri pertahanan Australia Stephen Smith. Salah satu media AS melaporkan bahwa rencananya Militer AS akan menempatkan pesawat tempur berawak dan tidak berawak yang dikenal dngan nama Global Hawk.
Menanggapi pernyataan dan situasi tersebut pemerintah Indonesia bereaksi dan protes kepaada pemerintah Australia dan AS serta meminta penjelasan terkait rencana pembangunan pangkalan miiliter AS tersebut. Secara prinsip Indonesia tidak memiliki wewenang untuk ikut campur dalam rencana mereka namun Indonesia meminta mereka menjelaskan tujuan menempatkan pesawat tak berawak dekat wilayah Indonesia. Ternyata bukan hanya pemerintah Indonesia saja yang bereaksi, China juga merasa terganggu dengan rencana Amerika Serikat dan menilai hal ini sebagai upaya mengimbangi kekuatan dan pengaruh China di Asia Pasifik, China juga menuduh Australia dan Amerika Serikat memperkuat sekutunya dalam sengketa laut China Selatan, pasalnya akhir-akhir ini China, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam dan Taiwan saling berebut wilayah di laut China Selatan yang diyakini mengandung persediaan minyak dan gas yang melimpah.
Komandan Armada Pasifik AS, Laksamana Cecil Haney mengatakan rencana
untuk menempatkan 60% kekuatan militer di Pasifik sudah menjadi
keputusan resmi Kementerian Pertahanan. Angka tersebut akan dicapai pada
2020 mendatang.
Kawasan Asia Pasifik dipastikan akan semakin tegang dengan keputusan AS
tersebut. Sejumlah peralatan tempur modern dari pesawat, kapal perang
hingga kapal induk akan dikonsentrasikan di daerah ini. Keputusan ini
diambil untuk mengimbangi China yang secara nyata juga terus
meningkatkan kekuatan tempur mereka di Asia Pasifik.
Ini sudah menjadi platform dari pertahanan AS. Peralatan tempur super canggih akan dikerahkan ke wilayah ini. Kapal
Littoral Combat yang bisa beroperasi di perairan dangkal menjadi salah
satunya. Satu unit dipastikan akan menempati posisinya di Singapura
tahun depan. Selain itu juga pesawat EA-18 G yang mampu terbang lebih cepat dari
kecepatan suara serta kapal laut paling modern kelas Virginia akan ikut
ambil bagian. “Beberapa skuadron akan segera menempati wilayah itu,”
ujar Haney.
Keputusan untuk memperkuat militer di Pasifik merupakan kebijakan
yang diambil Obama untuk mengimbangi kekuatan China. Meski sebenarnya
pada era Bush, rencana itu sudah mulai dirintis.
Saat ini Angkatan Laut AS memiliki sekitar 285 kapal yang masih
ditempatkan secara merata di Pasifik dan Atlantik. JUmlah itu akan
berkurang karena beberapa unit akan dipensiunkan tanpa diganti baru. AS
juga memiliki 11 kapal induk. Dari jumlah itu 6 sudah ditugaskan ke
Pasifik.
Dalam beberapa tahun terakhir China memang sangat aktif meningkatkan
kekuatan militernya. Saat ini negara tersebut memiliki 29 kapal selam.
Padahal pada 2002 hanya memiliki delapan unit. Pada Agustus 2011 lalu
China juga sukses melakukan uji coba kapal pengangkut pesawat. Sementara
di teknologi rudal, negara ini telah memproduksi DF-21d yang mampu
menghancurkan target dari jarak 1.700 mil.
Sejauh ini Pentagon tetap tidak mau berkomentar tentang kemungkinan
terjadinya perang di wilayah ini. Lembaga ini hanya mengatakan perlunya
kesiapan umum di Pasifik.
0 komentar:
Post a Comment